Kamis, 15 Januari 2015

Dikenal sejak Zaman Romawi Kuno

BATU akik kini sangat populer di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan sebagian menyebutnya sebagai `batu mustika'. Secara umum, batu itu dikenal dengan sebutan batu agate. Batu akik berasal dari batuan lava gunung berapi kuno. Proses awalnya dibentuk dari pelepasan volatile dalam massa cair bercampur dengan materi mengandung silika dan tersimpan dalam lapisan dasar bebatuan.

Guna mengetahui warna dan coraknya, batu akik harus dipotong melintang. Keindahan batu akik beragam dan memiliki keunggulan itu yang menentukan nilai harga jualnya.

Konon batu agate dikenal sebagai batu achate. Sebutan itu diberikan karena batu indah dan berharga itu pertama ditemukan di Sungai Achates pada zaman Yunani kuno. Sebagian masyarakat di Pulau Jawa, Romawi, dan Yunani kuno memiliki kepercayaan batu akik dinilai bertuah dan berkekuatan magis. Dengan alasan tersebut, batu akik kerap dijadikan jimat.

Selasa, 13 Januari 2015

Kesetiaan Menjaga Warisan Mataram Kuno

BENDA-BENDA purbakala yang ditemukan di Situs Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, sudah mulai dilirik para kolektor barang antik. Mereka sengaja mendatangi lokasi penyimpanan temuan situs dan berusaha mendapatkan benda-benda purbakala itu dengan menawarkan sejumlah uang.

Kepala Desa Purbasari, Sofiudin Anshori, mengaku pernah didatangi kolektor benda antik. Dalam satu tahun sudah ada 10 kolektor yang datang padanya. Kejadian itu ia alami dalam kurun waktu 2012-2013.Malah di antara puluhan kolektor tersebut ada yang pernah menawarkan uang hingga Rp200 juta agar bisa menukar salah satu benda antik yang disimpan di rumahnya.

Senin, 12 Januari 2015

Menyelamatkan Situs Sekelas Pompeii

TEMUAN Situs Liyangan di Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mulai mendapat perhatian dari pemerintah. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Indonesia mulai dilibatkan dalam penelitian situs perkampungan masa Mataram Kuno itu.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan menjelaskan pelibatan seluruh BPCB akan dimulai akhir 2014 ini, dengan melakukan studi awal. Kerja sama itu akan dilanjutkan pada 2015.
“Meskipun seluruh BPCB se-Indonesia terlibat menggarap penelitian Liyangan, kerja mereka di bawah arahan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,“ ujar Kacung.

Pelibatan seluruh BPCB itu bertujuan menambah pengalaman bagi tenaga yang ada di BPCB, terutama dalam hal penemuan. Diakuinya, selama ini banyak BPCB kurang pengalaman dalam studi lapangan, terutama mulai penggalian sampai perawatan. Ia berharap dalam penelitian Liyangan ini banyak pihak bisa menambah pengetahuan dan keterampilan.